Skip to main content

SISTEM PENCERNAAN

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan karuiaNya kepada kita semua, shalawat serta salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad saw beserta keluarga dan sahabat, sehingga dengan bimbingan beliau,kita telah dapat hidup dengan penuh peradaban dan kebudayaan yang tinggi.

Makalah tentang Sistem Pencernaan adalah hasil diskusi yang dilakukan melalui kerja sama kelompok juga kutipan dari buku-buku tentang Sistem Pencernaan .
Makalah Pencernaan ini berisi tentang Saluran Cerna hingga tahap Akhir Pencernaan , juga Pengaturan Pencernaan dan Absorpsi .

Semoga makalah ini mendapat sambutan yang baik dari dosen, serta adanya tanggapan dan saran yang konstruktif untuk kami dalam menyusun makalah ini demi kelangsungannya kesehatan masyarakat, dalam memahami Sistem Pencernaan dalam tubuh manusia .

Banda Aceh,
Mahasiswa/i FKM

dto,


RIKI SATRIA





PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

           Tubuh membutuhkan suatu sistem yang dapat mengubah makanan menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh hanya dapat menggunakan bahan-bahan dalam batasan sangat sempit. Adalah fungsi dari sistem pencernaan untuk mengurangi makanan-makanan menjadi bahan tersebut dan memungkinkan bahan-bahan tersebut diserap ke dalam tubuh.
Makanan harus mengalami berbagai perubahan didalam saluran cerna hingga diperoleh bentuk-bentuk sederhana yang dapat di absorbsi kedalam darah untuk selanjutnya diangkut oleh darah atau limfe ke sel-sel tubuh. Perubahan menjadi bentuk-bentuk sederhana ini dilakukan melalui proses pencernaan di dalam saluran cerna.
Makanan terdiri atas:
Protein, lemak, karbohidrat, air, garam, dan vitamin.

PEMBAHASAN

A. Pencernaan

    Pencernaan makanan terjadi didalam saluran cerna yang panjangnya 8-9 meter pada orang dewasa. Saluran cerna dimulai dari mulut, melalui esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan berakhir di anus. Saluran cerna dapat dikatakan berada “di luar” tubuh. Zat-zat gizi yang berasal dari makanan harus melewati dinding saluran cerna agar dapat di absorpsi kedalam aliran darah.
Saluran cerna merupakan sistem yang sangat kompleks yang melakukan berbagi fungsi faali: menerima, menghaluskan, dan tranfortasi bahan-bahan yang dimakan; sekresi enzim cerna, asam, mukus, empedu, dan bahan lain; pencernaan bahan-bahan yang dimakan; absorpsi dan transfortasi produk hasil cerna; serta transfor, penyimpanan, dan ekresi produk-produk sisa.
  Pencernaan dilakukan melalui perubahan mekanis dan kimiawi. Secara mekanis, makanan dihancurkan melalui mengunyah dan proses peristaltik. Proses mengunyah memperluas permukaan makanan sehingga enzim pencernaan dapat bekerja lebih baik. Proses peristaltik, yaitu proses mengaduk dan mendorong makanan yang dimungkinkan oleh gerakan kontraksi dan relaksasi dinding saluran cerna sehingga makanan terdorong ke bawah, menambah penghancuran makanan dalam bentuk yang lebih kecil dan mengaduknya dengan sekresi pencernaan.
     Secara kimiawi makanan dihancurkan oleh enzim-enzimpencernaan. Enzim-enzim ini dikeluarkan melalui air ludah ke mulut, melalui cairan lambung kedalam lambung dan melalui cairan usus halus ke dalam usus halus. Disamping itu cairan empedu yang dikeluarkan oleh kantong empedu membantu pencernaan dan absorpsi didalam sel-sel dinding usus halus. Asam khlorida didalam lambung juga membantu pencernaan.
   Enzim adalah melekul protein yang berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi kimia, dalam hal ini proses hidrolisis. Sebagai katalisator enzim itu sendiri tidak berubah.

B. Anatomi Saluran Cerna

Saluran cerna dibagi menjadi 5 bagian:

a. Mulut

   Proses pencernaan dimulai di mulut. Waktu kita mengunyah, gigi geligi memecah makanan menjadi bagian-bagian kecil, sementara makanan bercampur dengan cairan ludah untuk memudahkan proses menelan. Ketika ditelan, makanan melewati epiglotis, suatu katub yang mencegah makanan masuk trakea keparu-paru. Makanan yang ditelan dinamakan bolus.

b. Esofagus Ke lambung

   Bolus kemudian melalui pipa esofagus masuk ke lambung. Dinding lambung mengeluarkan
sekresi untuk keperluan pencernaan makanan. Pada pintu lambung ada sfingter kardiak yang menutup setelah bolus masuk, sehingga makanan tidak kembali masuk ke esofagus. Bolus dalam lambung bercampur dengan cairan lambung dan digiling halus menjadi cairan yang dinamakan kimus (chyme). Lambung kemudian sedikit demi sedikit menyalurkan kimus melalui sfingter pilorus kedalam usus halus, setelah mana sfingter pilorus menutup.

c. Usus Halus

   Pada bagian atas usus halus, kimus melewati lubang saluran empedu, yang meneteskan cairan kedalam usus halus berasal dari dua alat, yaitu kantong empedu dan pankreas. Kimus kemudian melalui tiga bagian dari usus halus: duodenum (usus dua belas jari, jejunum (bagian usus halus sesudah duodenum sampai ke ileum ) dan ileum (ujung usus halus), yang panjangnya kurang lebih enam meter. Sebahagian besar pencenaan diselesaikan di duodenum; jejunum dan ileum terutama berfungsi mengabsorpsi zat-zat gizi.

d. Usus besar (kolon)

   Kimus melaui sfingter lain, yaitu katup ileosekal yang berada pada awal usus besar dibagian kanan perut. Kimus kemudian melewati lubang lain yang menuju ke apendiks (usus buntu) dan berjalan melalui usus besar naik (ascending colon), ke usus besar melintang (transverse colon) dan ke usus besar turun (descending colon) kedalam rektum.

e. Rektum

  Sewaktu kimus melalui usus besar dan menuju kerektum, air dikeluarkan dari kimus sehingga terdapat sisa yang semi padat. Otot-otot rektum menahan sisa makanan ini hingga tiba waktunya untuk dikeluarkan dari tubuh. Pada saat itu otot rektum mengendor dan sisa makanan keluar melalui sfingter terakhir, yaitu anus yang membuka.

C. Proses Pencernaan

   Tahap pertama pencernaan dimulai di mulut, dimana terjadi proses mengunyah, penambahan cairan ludah, dan kegiatan lidah yang dapat menghancurkan makanan menjadi bubur yang kasar. Makanan kemudian ditelan.

 Peristaltik bolus dari ujung esofagus bergerak dengan gerakan peristaltik, yaitu gerakan bergelombang yang disebabkan oleh kontraksi otot pada dinding saluran cerna yang mendorong makanan sepanjang saluran cerna. Gerakan ini dimungkinkan oleh otot-otot yang melingkar dan otot-otot yang memenjang (longitudinal).setiap kali otot melingkar berkontraksi dan otot memanjang mengendor/releks sakluran mengecil,sedangkan setiap kali otot melingkar mengendor dan otot memanjang berkontraksi saluran membesar.

  Gelombang kontraksi pada saluran cerna bergerak dengan kecepatan dan intensitas berbeda, bergantung pada nagian saluran cerna bersangkutan dan ada tidaknya makanan. Misalnya, didalam lambung gelombang terjadi tiga kali permenit. Sedangkan didalam usus halus menjadi sepuluh kali permenit. Bila saluran cerna kosong, saluran cerna hampir tidak bergerak, tetapi secara periodik muncul gelombang yang kuat.

Proses di dalam lambung

  Di antara seluruh bagian saluran cerna, lambung mempunyai dinding paling tebal dan otot paling kuat. Disamping otot-otot yang melingkar dan memanjang, lambung mempunyai lapisan otot diagonal yang secara bergiliran berkontraksi dan mengendor.sementara ketiga macam otot ini menekan kimus kebawah, sfingter pilorus tetap tertutup rapat untuk mencegah kimus masuk ke dalam duodenum. Akibatnya, kimus diaduk dan ditekan kebawah, mengenai sfingter pilorus tetapi tetap berada di dalam lambung. Sementara itu lambung mengeluarkan cairan lambung. Bila kimus menjadi cairan halus, sfingter pilorus membuka sebentar (kira-kira tiga kali permenit) dan kimus keluar sedikit demi sedikit masuk ke duodenum.

Segmentasi

  Alat pencernaan tidak saja mendorong, akan tetapi secara periodik juga memeras isinya sepanjang saluran, sehingga memungkinkan getah pencernaan dan sel-sel dinding usus bersentuhan baik dengan isi saluran cerna.

Kontraksi sfingter

  Ada empat jenis otot sfingter yang membagi saluran cerna kedalam bagian-bagian utama. Otot-otot ini mencegah terjadinya arus balik ini saluran cerna. Sfingter kardiak mencegah isi lambung kembali ke esofagus. Sfingter pilorus mencegah isi usus kembali ke lambung dan menjaga agar bolus tinggal cukup lama didalam lambung untuk memungkinkan pencampuran yang baik dengan getah lambung dan menjadikannya lebih halus. Pada ujung usus halus ada sfingter ileosekal yang berfungsi mengosongkan isi usus halus kedalam usus besar. Kencangnya otot rektum dan otot anus bertindak sebagai pengaman untuk mencegah agar pengeluaran sisa pencernaan tidak terjadi secara sembarangan.

D. Sekresi Getah Pencernaan

  Untuk menghancurkan makanan menjadi unit-unit kecil berupa zat-zat gizi yang dapat diabsorpsi tubuh, deperlukan getah-getah pencernaan. Ada lima organ tubuh yang mengeluarkan getah pencernaan: (1) kelenjar ludah; (2) lambung; (3) pankreas; (4) hati melalui kantong empedu, dan (5) usus halus. Sekresi organ-organ ini memasuki saluran cerna pada tempat-tempat tertentu berupa air dan enzim-enzim.

Cairan Ludah

 Cairan ludah mengeluarkan cairan yang terdiri atas mukus (lendir), garam0garam dan enzim pencernaan yang memulai proses pencernaan karbohidrat. Air ludah berupa mukus membasahi makanana sehingga memudahkan proses menelan, hingga bolus masuk ke esofagus. Mukus pada umumnya menjaga agar seluruh permukaan saluran cerna dalam keadaan basah sehingga memudahkan gerakan makanan serta melindungi permukaan gigi-geligi, mulut, esofagus, dan lambung dari serangan zat-zat tajam dan berbahaya.

Cairan Lambung

  Sel-sel lambung mengeluarkan cairan yang terdiri atas campuran air, enzim-enzim, dan asam klorida. Asam klorida mempunyai pH kurang lebih 2 dan berperan membuka golongan protein sehingga siap untuk dicernakan, mencegah pertumbuhan bakteri dan membunuh sebagian besar bakteri yang masuk dengan makanan. Untuk mencegah kerusakan sel-sel dinding lambung oleh asam klorida dan enzim-enzim pencernaan, sel-sel tersebut mengeluarkan mukus(lendir) yang menutupi dinding lambung.
  Enzim-enzim lambung bekerja dengan baik pada cairan pH kurang atau sama dengan 2. Enzim-enzim ini memecah (hidrolisis) protein separo jalan. Enzim lipase mehidrolisis sebagian kecil lemak. Enzim-enzim cairan ludah yang ditelan bersama bolus tidak dapat bekerja pada cairan asam, sehingga pencernaan karbohidrat dalam lambung boleh dikatakan berhenti. Asam klorida menghidrolisis sedikit karbohidarat. Vitamin B12 di dalam lambung memperoleh suatu alat angkut berupa protein, yaitu faktor instristik.

Cairan Pankreas dan Enzim Usus

  Pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein terutama terjadi didalam usus halus. Cairan pankreas mengandung enzim-enzim yang berperan pada ketiga jenis zat energi ini. Sel-sel dinding usus halus juga mengeluarkan enzim-enzim pencernaan pada permukaannya.
Disamping enzim-enzim ini, cairan pankreas mengandung bikarbonat yang bersifat basa. Dengan demikian, cairan pankreas menetralisir kimus yang tadinyanbersifat asam, sehingga menjadi netral atau sedikit basa.

Cairan Empedu

 Cairan empedu dibentuk oleh hati secara terus-menerus, untuk kemudian dikonsentrasikan dan disimpan di dalam kantung empedu. Kantung empedu mengeluarkan cairan empedu kedalam duodenum bila ada lemak. Cairan empedu berperan sebagai emulsifier lemak, sehingga menjadi suspensi dalam air. Enzim-enzim kemudian dapat memecah suspensi lemak tersebut menjadi komponen-komponennya.

Faktor-faktor Pelindung

 Sifat netral cairan usus halus dan usus besar memungkinkan pertumbuhan bakteri. Dalam keadaan sehat, usus menunjang kehidupan bakteri-bakteri yang membahayakan tubuh, bahkan menguntungkan seperti bakteri yang dapat membentuk vitamin B dan K. Saluran cerna juga dapat membentuk dan memelihara bahan-bahan yang dapat melindungi tubuh terhadap bahan-bahan asing yang berbahaya dengan membentuk sistem imun atau kekebalan.

E. Tahap Akhir Pencernaan

  Selama proses pencernaan, zat-zat energi-karbohidrat, lemak dan protein-dipecah menjadi bentuk-bentuk dasar dan siap untuk diabsorpsi. Zat-zat gizi lain-vitamin, mineral, dan air-pada umumnya tidak dipecah, dan diabsorpsi sebagaimana adanya. Sisa-sisa yang tidak dicernakan, seperti serat diabsorpsi dan melewati saluran cerna dalam bentuk semi-padat. Sisa-sisa ini membentuk peristaltik usus. Serat juga menyerap air untuk menjaga fases tidak menjadi keras. Di samping itu serat menyerap beberapa bagian dari makanan, antara lain: asam empedu, beberapa mineral, zat adiktif, dan bahan-bahan tidak berguna lain.

F. Peranan Usus Besar (Kolon)

  Usus bersar, bagian akhir dari usus cerna berperan sebagai tempat mengumpulkan sisa makanan padat, tempat mengabsorpsi air dan mineral tertentu serta tempat pertumbuhan bakteri. Sisa makanan ditahan dalam kolon hingga dikeluarkan dalam bentuk feses. Makanan paling lama ditahan didalm kolon, sering sampai dua puluh empat jam. Karena kontraksi peristaltik dan segmentasi bergerak lebih lambar dalam kolon, bakteri mendapat kesempatan untuk berkembang biak. Bakteri mendapat makanan dari sisa makanan yang ada dalam kolon. Beberapa produk kimia hasil organisme bakteri dapat diserap kembali melalui kolon. Sampai 10% energi yang diabsorpsi seseorang dapat berasal dari jalur ini.
  Bakteri dalam kolon dapat membentuk beberapa jenis vitamin yang sebagian diabsorpsi oleh tubuh. Sebagian kecil vitamin B dan K diduga diperoleh melalui absorpsi ini. Disamping itu bakteri kolon menghasilkan gas sebagai sisa produk metabolisme makanan. Bila gas ini tertumpuk akan dikeluarkan melalui anus.
  Kolon memberi tubuh kesempatan terakhir untuk mengabsorpsi air serta natrium dan klorida. Bila tidak berhasil akan menimbulkan diare. Ini hanya terjadi dalam keadaan khusus. Bila sfingter pada ujung kolon yaitu rektum mengendor (relaksasi), maka sisa akhir makanan berbentuk semi padat dikeluarkan melalui anus.

PENUTUP

Kesimpulan

 Saluran cerna merupakan sistem yang sangat kompleks yang melakukan berbagi fungsi faali: menerima, menghaluskan, dan tranfortasi bahan-bahan yang dimakan; sekresi enzim cerna, asam, mukus, empedu, dan bahan lain; pencernaan bahan-bahan yang dimakan; absorpsi dan transfortasi produk hasil cerna; serta transfor, penyimpanan, dan ekresi produk-produk sisa.
 Pencernaan dilakukan melalui perubahan mekanis dan kimiawi. Secara mekanis, makanan dihancurkan melalui mengunyah dan proses peristaltik. Proses mengunyah memperluas permukaan makanan sehingga enzim pencernaan dapat bekerja lebih baik. Proses peristaltik, yaitu proses mengaduk dan mendorong makanan yang dimungkinkan oleh gerakan kontraksi dan relaksasi dinding saluran cerna sehingga makanan terdorong ke bawah, menambah penghancuran makanan dalam bentuk yang lebih kecil dan mengaduknya dengan sekresi pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita, 2009, Prinsip Dasar ILMU GIZI, PT Gramedia Pustaka Utama
Crambridge Communication Limited, 1996, ANATOMI FISIOLOGI, Penerbit Buku Kedokteran EGC

Comments

Popular posts from this blog

Tingkatan dan Hambatan Komunikasi

Tingkatan Proses Komunikasi   Menurut Denis McQuail, secara umum kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat berlangsung dalam 6 tingkatan sebagai berikut : 1. Komunikasi intra-pribadi (intrapersonal communication ) Yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi melalui pancaindra dan sistem syaraf.Contoh : berpikir, merenung, menggambar, menulis sesuatu, dll. 2. Komunikasi antar-pribadi Yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya.Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dsbnya. 3. Komunikasi dalam kelompok Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi.Misalnya, ngobrol-ngobrol a

Komunikasi Kesehatan

A. Latar Belakang   Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya sebagai individu dalam kelompok sosial , komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia berinteraksi,membangun relasi dan transaksi sosial dengan orang lain. Itulah manusia sebabnya tak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi dalam kelompok, komunikasi dalam organisasi dan publik, dan komunikasi massa. Komunikasi Terapeutik A. Pengertian Komunikasi Terapeutik  Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48). Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan